Suku Bunga Turun, Yield SUN 10 Tahun Bisa Turun ke 6%


Harga obligasi rupiah pemerintah diprediksi menguat hingga menekan tingkat imbal hasilnya (yield) seri acuan 10 tahun hingga ke 6% pada tahun ini.

Jennifer Kusuma, Senior Asia Rates Strategist ANZ, menilai penguatan harga masih dapat terjadi dan membuat yield turun dari kisaran 6,5% sekarang.  "Kami merekomendasikan [kepada nasabah] untuk memegang seri FR0082 bertenor 10 tahun, dengan target 6% (dari posisi sekarang 6,5%)," ujar Kusuma dalam riset tertanggal 20 Februari 2020.

Rekomendasi itu didasari penilaian bahwa kondisi keuangan global akan melonggar, yang dapat ditandai dengan adanya pemangkasan suku bunga 25 basis poin (bps) paling cepat pada Februari, serta kebijakan yang suportif pada likuiditas termasuk pembelian obligasi yang dimiliki Bank Indonesia.

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan keuntungan yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0081 bertenor 5 tahun, FR0082 bertenor 10 tahun, FR0080 bertenor 15 tahun, dan FR0083 bertenor 20 tahun. 

Posisi investor yang tenang, valuasi yang atraktif, dan kebijakan perkembangan pasar yang positif menambah faktor penilaian dari ANZ.

Risiko kunci terhadap penialain bank multinasional itu adalah jika sentimen risiko global memburuk secara drastis. Pembuat kebijakan juga memiliki risiko jika salah membuat kebijakan, terutama dalam memperkenalkan perangkat kebijakan baru dan jika pendekatan pasar tidak diikuti oleh perubahan struktural ekonomi yang luas.

Hari ini, pasar kembali menunjukkan penguatan harga yang bersambung dan belum putus sejak Senin hingga hari ini. Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield). 

Seri acuan yang harganya paling menguat adalah FR0083 yang bertenor 20 tahun dengan penurunan yield 1,6 basis poin (bps) menjadi 7,26%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat. Indeks tersebut naik 0,11 poin (0,04%) menjadi 280,34 dari posisi kemarin 280,23.

Penguatan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 497 bps, melebar dari posisi kemarin 495 bps. Yield US Treasury 10 tahun turun 2,6 bps hingga 1,54% dari posisi kemarin 1,57%.

Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada yield pasangan seri 3 bulan-5 tahun, 2 tahun-5 tahun, dan 3 bulan-10 tahun. Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.

Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis. cnbcindonesiaCom

Belum ada Komentar

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel